Kemunafikan Sebagai Fundamen Bernegara

Saudaraku, marilah sejenak kita merenungi negeri ini, betapa akhir-akhir ini nyaris tiada hari tanpa keributan. Hampir tiada hari tanpa kasus. Tiada esok hari sebelum datang bencana demi bencana.

Saudaraku, tahukah kalian betapa negara yang seharusnya memberikan kepastian bagi kehidupan kita justru malah mengancam kehidupan kita. Negara yang seharusnya menjadi tempat kita bersandar, ternyata malah merampoki harta dan harga diri kita. sepertinya kita tidak sedang menghadapi Fir’aun, tapi sejuta munafiqiin yang bergerilya dan berjamur di semua sektor kehidupan.

Karakter Fir’aun jelas, ia tiran, despotik, dan mengaku Tuhan. Jadi misal di Indonesia ini ada Fir’aun, tinggal kita keroyok ia ramai-ramai, beres. Tapi yang terjadi justru kita berhadapan dengan kaum munafik. Yang kadang bertutur seolah ulama, padahal hatinya jahat. Yang tingkah lakunya bak nabi, namun agenda-agendanya sangat keji. Yang didepan kita berjanji akan melakukan apapun demi kita, nyatanya ia adalah pembunuh utama kehidupan kita. Semua minta dipercaya, semua minta kepercayaan kita sebagai rakyat, namun tak satupun dari mereka yang bisa kita pegang omongannya.

Paling menyedihkan adalah soal kehidupan rakyat kecil, yang seolah dicampakkan dari segala agenda pembangunan. Rakyat kecil memang sering dipidatokan dan diopinikan, tapi nyaris tak pernah diperjuangkan. Maka tatkala kita mendapati betapa jumlah orang-orang miskin meroket di jalan-jalan, kita lantas pura-pura buta dan lari ke lagu-lagu ganja.

Maka marilah, tetapkanlah hati, hanya pada satu sandaran inilah kita berlindung, yakni pada Tuhan yang kita percayai. Bagi kita, kita + Tuhan = Cukup. Dan marilah kita tidak usah ikut-ikutan permainan dunia ini. Cukuplah Rasulullah sebagai satu-satunya idola kita yang kita sayangi dan cintai. Selebihnya, para munafik yang beranak pinak bagaikan kucing di Indonesia itu, jangan pernah didengar omongannya. Setelah itu, bagikanlah berpuluh-puluh cinta Tuhan dan Nabimu itu kepada saudara-saudara kita yang selama ini meringkuk terkapar di alas kaki pembangunan sebagai korban keegoisan dan pembiaran kita bersama.

Ya Allah,

Cukuplah Engkau bagiku.

Ya Rabb, Ya Rabb,

Cukuplah Engkau bagi hidup dan matiku.

Ya Rasulullah,

Cukuplah engkau.

Ya Nabi, Ya Nabi,

Cukuplah engkau sebagai pemimpinku.

‘kan kutebarkan cinta dan kasih sayangmu pada seluruh semesta…

Kemunafikan kini telah menjadi satu fundamen penting dalam kehidupan bernegara kita, merupa berhala dan thagut bagi kebanyakan pemimpin kita, serta menjelma sebagai intisari kehidupan duniawi kita semua. Betapa makin hari kita makin tak bisa membedakan; mana pemimpin mana penindas, mana panutan mana bajingan, mana mulut mana kaki, mana maksud baik mana maksud buruk. Semuanya serupa. Tak ada kebaikan, kebenaran, dan kesejukan lagi, yang tersisa adalah kepentingan, kepentingan, dan kepentingan.

Marilah kita berlindung dari kejamnya kemunafikan yang diselenggarakan di negeri ini secara massal tiap menit. Kita belindung pada Allah dari kejinya pembangunan yang ternyata justru melindas saudara-saudara kita yang lemah. Kita berlindung pada Allah dari kebangkrutan moral dan kehancuran total yang kini sedang merayap-rayap dalam keseharian kita. Jangan mudah percaya pada siapapun kecuali Allah dan Rasul-Nya dan: ojo gampang nggumunan barek kilape ndunyo.

وَلَا تُطِعِ الْكَافِرِينَ وَالْمُنَافِقِينَ وَدَعْ أَذَاهُمْ وَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ ۚ وَكَفَىٰ بِاللَّهِ وَكِيلًا

Dan janganlah kamu menuruti orang-orang yang kafir dan orang-orang munafik itu, janganlah kamu hiraukan gangguan mereka dan bertawakkallah kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai pelindung. (Al-Ahzab 48).

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: