Neraka, Panggillah Daku!

Dari dulu saya ini curiga, bahwa sebetulnya kemiskinan yang menyengsarakan sebagian besar manusia di berbagai belahan bumi ini -teristimewa sekali Indonesia-, tidaklah alami, melainkan buatan. Jadi istilah yang tepat sebenarnya adalah ‘pemiskinan’. Saya persilahkan Anda mempelajari sendiri konspirasi-konspirasi internasional yang agenda terselubungnya adalah ‘pemiskinan’ dan bahkan ‘pemusnahan’ sebagian manusia, dengan senjatanya yang dimulai dari produk pangan hingga penyebaran virus-virus penyakit tertentu.

Islam lalu datang sebagai agama penolong, sebagai sahabat bagi semua kaum miskin yang sengsara di berbagai kaum berbagai agama berbagai suku bangsa berbagai golongan. Agama yang dibawa seorang bernama Muhammad bin Abdullah kelahiran Mekkah ini langsung mengusung empati tinggi yang secara terang-terangan menyatakan keberpihakannya pada kaum fakir miskin. Islam segera membagi kaum miskin menjadi delapan golongan yang menempatkan yatim piatu di peringkat pertama yang ‘wajib diurus’. Bahkan Islam secara terbuka mengancam siapapun pemeluknya sebagai pendusta agama jika ia menyia-nyiakan yatim piatu dan fakir miskin.

Tapi bagaimanapun, Tuhan Sang Pembikin agama ini masihlah Pemurah, dengan hanya mewajibkan hamba-hamba-Nya yang mampu menyisihkan 2,5 persen dari penghasilannya untuk dibagi kepada hamba-Nya yang lain yang membutuhkan. Itulah batasan minimalnya, dan hamba-hamba-Nya yang mampu namun tak tahu diri dan cenderung kikir ini segera terbagi menjadi tiga golongan; yang benar-benar ngepas-ngepaskan ambang batas minimal itu, yang melebihkan bahkan membuka pintu-pintu distribusi rezeki lain, dan yang benar-benar tak tahu diri hingga masa bodo dengan kewajiban itu.

Islam menerapkan aturan demikian bukan berlandaskan asas iseng-iseng atau ‘biar kelihatan merakyat’. Al-Qur’an jauh-jauh hari sudah menyatakan walladziina fii amwālihim haqqum ma’lūmul lis-sāili wal mahrūm, dan buat orang-orang yang dalam hartanya disiapkan bagian tertentu, bagi orang miskin yang meminta maupun yang tidak meminta. Mereka inilah bersama orang-orang yang setia pada salatnya yang nanti tidak akan dipanggil oleh Neraka. Sebab, neraka nanti yad’ū man adbara watawalla wajama-‘a fa-aw’a, memanggil orang-orang yang hobinya menimbun-nimbun harta dan tidak membelanjakannya di jalan Allah.

Resep Islam mungkin sangat pragmatis, namun sebenarnya sangatlah efektif mengurangi kemiskinan. Adapun resep-resep tolak-miskin yang diajarkan Nabi SAW kan ada zakat, sedekah, infaq, wakaf, dan fidyah. Itu semua sangat sederhana, ringan, dan tidak berbelit penarikan dan pembagiannya. Bahkan, di Amerika Serikat sana, dua milyader yang sudah tak asing lagi namanya, Bill Gates dan Warren Buffet, saat ini sedang ‘mengamalkan’ ajaran Nabi Muhammad dengan menyumbangkan lebih dari 1.380 triliun rupiah ke badan amal sambil membujuk orang-orang kaya lainnya disana agar mau menshodaqohkan separuh kekayaannya bagi saudaranya yang tidak mampu. Di Bangladesh kita kenal pahlawan rakyat yang namanya Muhammad Yunus yang memberi kredit lunak bagi banyak sekali warga miskin disana. Indonesia?

Saya mungkin sangat sentimental kalau mengatakan bahwa kebanyakan orang-orang kaya kita mulai dari jutawan hingga trilyuner hanya memiliki satu tugas utama: memperkaya diri. Saya katakan ‘kebanyakan’ sebab ada saja sedikit dari mereka yang masih mau menolong saudaranya yang lemah, walaupun jumlah mereka amat kecil jika dibandingkan mayoritas kelompok borjuis-kapitalis-orang kaya baru Indonesia yang sangat ahli dalam hal menyantuni diri sendiri. Segalanya akan dilakukan demi memperkaya diri, mulai dari cara yang halal dan thoyib hingga cara-cara yang diajarkan nadhlatus-syayathin alias perhimpunan setan-setan. Padahal kalau ditanya, mereka pasti percaya kalau Allah itu Al-Ghaniiy (Maha Kaya), Al-Mughnii (Maha Memberi kekayaan), Al-Wahhab (Maha Pemberi), Al-Razzaq (Maha Pemberi Rezeki), Al-Lathiif (Maha Penyantun), Al-Muqiit (Maha Memberikan makan), dan sebagainya. Tapi mengapa, orang-orang kaya itu kok masih saja seperti orang kesetanan dalam mencari harta, mengejar dunia pontang-panting siang malam? Jangan sampai mereka ini cuma pura-pura percaya saja sebab bisa-bisa Tuhan berkata, “Kau pikir nama-namaKu itu cuma buat gagah-gagahan?”. Lantas apa yang kamu cari, hai orang yang dilebihkan hartamu dan dititipkan hak fakir miskin padamu? Opooo seng mbok golek’i iku? What are you looking for???

Kalau saja mereka semuanya ini mau bergerak, niscaya akan kita dapati jawaban teka-teki kemiskinan selama ini bahwa betapa mudahnya sesungguhnya kemiskinan untuk kita atasi andai kita mau. Soalnya kan ndak mungkin mereka semuanya ini amat merindukan neraka. Wassalam.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: