Blog ini sebenarnya lahir berkat salah satu hadits Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan Harithah bin Wahab dalam Shahih Bukhari-Muslim:
“Bersedekalah kamu sekalian karena sudah semakin hampir waktunya seorang lelaki berjalan membawa barang yang ingin disedekahkannya. Lalu orang yang ingin diberikan sedekah berkata: Seandainya engkau membawa sedekahmu kepadaku kemarin, tentu aku menerimanya. Adapun sekarang ini aku tidak lagi memerlukannya. Sehingga akhirnya lelaki itu tidak juga bertemu orang yang ingin menerima sedekahnya.”
Dari perkataan Nabi itulah sejuta inspirasi mengalir di kepala saya, dan hadits itulah yang akan saya ulang-ulang dalam tulisan-tulisan dan blog-blog saya. Lihat betapa amat bodohnya kita menyia-nyiakan para fakir miskin, yang melimpah ruah di Indonesia. Sebuah kritik tajam pernah menohok umat Islam, bahwa umat Islam kini lebih condong menyukai dakwah akidah ketimbang praktek langsung mengatasi masalah-masalah sosial. Kritikan itu jangan langsung ditanggapi dengan semangat fanatisme agama sempit yang super-ultra jumud. Itu sebetulnya adalah satu koreksi besar dan kita patut bersyukur dikritik seperti itu.
Sungguh kasihan para fakir miskin Indonesia. Mereka didakwahi tentang surga dan neraka, tentang siksa kubur dan adzab dunia, seolah-olah merekalah kumpulan manusia yang paling jahat hatinya. Padahal sebetulnya merekalah yang dalam kepapaannya senantiasa mengingat Allah disaat kita semua bertengkar memperebutkan kalamullah, mempertengkarkan syari’at, dan memperdebatkan ideologi. Mereka tetap menafakuri kasih sayang Allah dalam kelaparan harian dan kepeningan bulanannya, sementara sebagian kita sibuk mendustakan Kekayaan Allah. Ya, kita percaya Allah itu Maha Kaya, namun kita juga percaya bahwa sholat itu wasting time, sedekah itu wasting money, dan kalau ingin kaya, ya selain berdoa dan sembahyang juga rajin-rajinlah ke dukun dan menjilat pantat atasan.
Apakah masih tersisa rasa malu di wajah kita? Jangan kau kira kau lebih berpendidikan dari fakir miskin hanya lantaran di namamu terjejer gelar-gelar kesempitan berpikir macam S1, S2, S3, Sarjana, Master, Doktor, Profesor, sementara mereka tidak mampu sekolah. Ilmu-ilmu yang kau dapat di fakultasmu itu tak menjamin kamu bisa mendekati Penciptamu, melebihi kedekatan fakir miskin pada-Nya. Selama ini, kita hanya mampu sebatas menyinisi mereka, menyetempelkan sejuta cacian dan stigma buruk di jidat mereka, dan sudah begitu dengan kekhusyukan luar biasa kita masih mengaku sudah menegakkan amar makruf nahi mungkar.
Kembalilah ke hadits Nabi yang saya sebut diawal, bahwa nanti akan datang saat dimana tak ada lagi orang miskin dan sampeyan akan kebingungan membagi rizki. Sampeyan akan menyesal telah menyia-nyiakan fakir miskin sebagai ladang amal, namun mengubah mereka menjadi kebun dosa. Kira-kira, kalau tak ada lagi orang miskin yang mau menerima sedekah, itu tanda-tanda apa ya?